INSIDERINDOFLORES.COM–Di antara pegunungan Flores, Nusa Tenggara Timur, terdapat sebuah desa adat bernama Wae Rebo yang sering dijuluki sebagai “Kampung di Atas Awan.”
Julukan ini sangat tepat karena desa ini terletak di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, dikelilingi oleh pegunungan hijau yang tertutup kabut.
Wae Rebo menawarkan pengalaman unik bagi siapa pun yang ingin merasakan kedamaian alam dan kehidupan tradisional masyarakat Manggarai yang masih terjaga dengan baik.
Perjalanan menuju Wae Rebo bukanlah hal yang mudah. Pengunjung harus menempuh perjalanan mendaki selama sekitar empat hingga lima jam dari desa terdekat, yaitu Denge.
Jalur ini menantang dengan medan berbukit dan jalan setapak yang cukup curam, namun kelelahan akan segera hilang begitu tiba di Wae Rebo.
Begitu memasuki desa, suasana magis yang penuh ketenangan akan menyambut, dan pandangan mata langsung tertuju pada rumah adat tradisional Mbaru Niang yang ikonik.
Mbaru Niang adalah rumah adat berbentuk kerucut yang unik, terbuat dari bambu, kayu, dan daun lontar.

Setiap rumah memiliki lima lantai, di mana lantai paling bawah digunakan sebagai tempat tinggal, dan lantai atas sebagai tempat penyimpanan bahan makanan atau peralatan adat.
Arsitektur Mbaru Niang ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Manggarai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Keberadaan rumah-rumah adat ini menambah kesan mistis dan magis Wae Rebo, seolah-olah pengunjung melangkah ke dalam dunia yang berbeda dari modernitas.
Selain keunikan rumah adatnya, Wae Rebo juga dikenal karena budaya dan tradisi masyarakatnya yang masih sangat kuat.
Masyarakat di sini hidup dengan cara yang sederhana, bertani dan beternak sebagai mata pencaharian utama.
Mereka juga menjaga adat istiadat dan nilai-nilai leluhur dengan sangat teguh. Saat berkunjung, pengunjung akan disambut dengan upacara adat sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu yang datang.
Ritual ini mencerminkan betapa hangat dan terbukanya masyarakat Wae Rebo terhadap pengunjung, meskipun mereka hidup jauh dari gemerlap dunia luar.
Salah satu momen yang paling dinanti-nantikan oleh para pengunjung adalah saat pagi hari, ketika kabut tebal perlahan-lahan menghilang dan memperlihatkan pemandangan pegunungan yang megah di sekitar desa.
Udara segar dan tenang menciptakan suasana damai, membuat siapa pun merasa terhubung dengan alam. Wae Rebo benar-benar memberikan perasaan seperti berada di atas awan, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan modern.
Meski terisolasi, desa ini telah mendapatkan perhatian internasional sebagai salah satu situs warisan budaya yang penting.
Pada tahun 2012, Wae Rebo bahkan dianugerahi penghargaan UNESCO Asia-Pacific Award for Cultural Heritage Conservation berkat usahanya dalam melestarikan arsitektur tradisional dan warisan budaya lokal.
Penghargaan ini semakin mengukuhkan Wae Rebo sebagai destinasi wisata budaya yang layak dikunjungi.
Namun, kunjungan ke Wae Rebo juga membawa tanggung jawab. Desa ini sangat menjaga kebersihan dan keasrian lingkungannya, serta nilai-nilai adat yang dianut.
Pengunjung diharapkan untuk menghormati tradisi lokal, menjaga kebersihan, dan tidak merusak alam sekitar.
Dengan cara ini, desa Wae Rebo dapat terus menjadi tempat yang penuh keajaiban bagi siapa pun yang datang untuk mencari ketenangan dan keindahan alam yang sejati.
Wae Rebo adalah surga kecil yang menawarkan pengalaman unik, menggabungkan budaya, tradisi, dan keindahan alam yang tak terlupakan.
Kampung di atas awan ini bukan hanya sekedar tempat wisata, tetapi juga pelajaran tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam sambil menjaga warisan leluhur yang berharga.
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.